Perkembangan lndikator Sosial-Ekonomi Karawang Tahun 2008
lndikator ekonomi yang biasa digunakan
untuk memberikan gambaran atau mengevaluasi variabel ekonomi riil adalah
pertumbuhan PDRB, baik dalam harga berlaku maupun konstan (LPE). Namun
demikian ada indikator lain yang biasa digunakan diantaranya adalah
tingkat inflasi, angka pengangguran, IPM, pertumbuhan penduduk dan
sebagainya. Tabel berikut dibawah ini menampilkan beberapa indikator
sosial ekonomi Kabupaten Karawang tahun 2008.
Perkembangan perekonomian Kabupaten Karawang tahun 2008, yang diukur dengan beberapa indikator ekonomi pada tabel diatas cukup memberikan harapan terhadap peluang berinvestasi.
Dari laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Karawang selama 5 tahun terakhir (2004-2008) rnemperlihatkan pertumbuhan
diatas rata-rata Jawa Barat. Meskipun besaran tingkat pertumbuhan
ekonomi masih lebih kecil dari tingkat inflasi (lHK), hal ini
dikarenakan nilai tambah ekonomi yang terbentuk tidak seluruhnya
dinikmati oleh kalangan pekerja (penduduk Kabupaten Karawang) melainkan
ada porsi yang menjadi bagian pengusaha/pemilik modal (diantaranya
surplus usaha, deviden, dan sebagainya) yang sebagian besar merupakan
orang asing.
Dampak krisis ekonomi Amerika Serikat
yang bermula akhir 2007 telah menyebabkan resesi ekonomi dunia, sehingga
perdagangan internasional (ekspor-impor) mengalami penurunan tajam. Hal
ini memaksa sebagian pelaku usaha industri produk terkait, melakukan
berbagai cara efisiensi diantaranya dengan memangkas biaya operasional,
mengurangi komponen/bahan baku berbasis impor, merumahkan atau mem-PHK
karyawan serta merevisi dan atau merelokasi target pemasaran produksi.
Di tengah kondisi ekonomi yang
menghimpit cukup ketat, sektor industri di Karawang yang sebagian besar
merupakan industri alat angkutan, mesin dan peralatannya (mobil dan
motor) yang berorientasi ekspor produknya juga laku keras di pasar
domestik lndonesia. Beberapa produk diantaranya mampu membukukan tingkat
penjualan tertinggi pada tahun 2008 ini, misalnya: penjualan mobil
Toyota berhasil menembus angka 212.250 unit (34,9 % dari pangsa pasar
nasional), meningkat dari penjualan tahun 2007, sebesar 150.677 (34,7
%). Prestasi ini menunjukan keberhasilan Toyota menembus target
penjualan sekaligus merupakan prestasi penjualan terlinggi Toyota selama
5 tahun terakhir.
Dengan nilai transaksi yang demikian
besar, memberikan dampak secara regional tingkat kabupaten Karawang
maupun provinsi Jawa Barat (sektor industri yang memilki peranan
tertinggi yaitu sekitar 54 persen terhadap perekonomian), sehingga tetap
mampu mencapai tingkat pertumbuhan cukup tinggi, sekitar 7,32 persen.
Jika nilai PDRB adh berlaku sektor
industri yang mencapai 22,062 triliun rupiah dihitung searah perkapita
(dibagi dengan jumlah pekerja sektor industri yang diperkirakan mencapai
151.737 orang) maka diperoleh pendapatan rata-rata sekitar 145,4 juta
rupiah per tahun atau setara dengan pendapatan rata-rata per bulan
sebanyak 12 juta rupiah per orang.
Untuk sektor pertanian yang mencapai
3,45 triliun rupiah, pendapatan petani per kapitanya hanya mencapai
12,77 juta rupiah per tahun atau setara dengan penghasilan rata-rata
1,06 juta rupiah sebulan (mendekati nilai UMK Karawang). Tidak semua
petani menikmati tingkat pendapatan sebesar ini, karena penguasaan dan
penggunaan luas lahan serta tingkat produktifitas bervariasi.
Mengacu pada hasil survei Struktur
Ongkos Usaha Tani terakhir untuk usaha tanaman padi di Jawa Barat,
rata-rata total biaya yang dikeluarkan petani per musim tanam sekitar
9,69 juta rupiah per hektar. Bila
kita hitung rata-rata tingkat pendapatan petani padi di Kabupaten Karawang tahun 2008 menurut tingkat
produkifitas lahan masing-masing, dapat diperoleh gambaran seperti tersaji dalam tabel berikut:
Adalah fakta sebagian besar petani di Karawang masih tergolong buruh tani dan petani gurem (mengusahakan kurang dari 0,5 hektar), kemudian tingkat produktifitas rata-rata per hektarnya 5,94 ton (hasil survei ubinan tahun 2008) maka nilai total produksi padi yang dihasilkan para petani gurem ini hanya sekitar setengah dari Rp. 5.160.000,00 per musim. Atau balas jasa petani yang diterima per bulan rata-rata sekitar Rp. 860.000,00. (jauh dibawah nilai UMK).
Kedua realitas yang disajikan diatas
perlu perhatian khusus dari pemerintah daerah Karawang, sebab terkait
dengan visinya untuk mewujudkan masyarakat Karawang yang sejahtera
melalui pembangunan di bidang pertanian dan industri. Pertanian dan
lndustri seperti apa yang akan dikembangkan menjadi pertanyaan sekaligus
harapan yang dinantikan implementasinya oleh seluruh masyarakat
Karawang.
Dengan adaya wilayah yang berbatasan
dengan laut, potensi perikanan laut yang mungkin dikembangkan masih
sangat besar. Disisi lain, diversifikasi produk pertanian dengan
mengoptrmalkan sumber daya yang ada akan dapat meningkatkan nilai tambah
petani. Setelah penetapan visi misi yang jelas, dipedukan komitmen
konkrit terutama dari pemerintah daerah untuk mewujudkannya.
Tantangan sektor pertanian di
tahun-tahun yang akan datang akan semakin berat bagi petani, biaya
produksi khususnya akibat kenaikan harga pupuk anorganik yang selama ini
digunakan, Hal ini terkait rencana pemerintah untuk mengurangi beban
APBN dengan menurunkan secara bertahap besaran subsidi pupuk, jika tidak
diantisipasi dan tanpa adanya program yang jelas untuk mengadvokasi
kebutuhan dan kepentingan petani maka akan muncul masalah baru dalam
pengembangan ekonomi di sektor pertanian.
Diperlukan sosialisasi dan pembinaan
yang intensif kepada para petani, supaya dapat melakukan modernisasi
tata kelola usaha pertanian. Disisi lain akses terhadap permodalan dan
pemasaran produk yang dihasilkan harus juga diperhatikan secara seksama.
Sehingga usaha sektor pertanian dapat tumbuh berkembang dengan optimal
dan pada akhirnya dapat memberikan jaminan kesejahteraan pada para
pelakunya.
Hasil industri berupa mesin, elektronik
dan otomotif yang selama ini jadi primadona ekspor Karawang, suatu masa
pasti akan menemui titik jenuh konsumsi. Yang artinya, pada masa itu
konsumen/pasar sasaran produk tidak lagi membutuhkan atau memakai produk
tersebut. Hal ini bisa disebabkan dampak persaingan usaha, pola dan
selera pasar, tingkat teknologi yang digunakan dan lain sebagainya.
Berbeda dengan gambaran diatas, hasil
produk pertanian akan tetap memiliki pangsa pasar yang luas disebabkan
kebutuhan konsumsi manusia baik domestik maupun internasional masih akan
terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Bagi siapa saja
dan dimana saja yang mampu menyediakan kebutuhan pangan (bukan hanya
padi) bagi masyarakat secara umum, akan dapat memperoleh posisi tawar
yang tinggi, sekaligus membebaskan diri dari ketergantungan dari pihak
lain.
Potensi pasar produk agribisnis, dan
agroindustri harus mulai dikenalkan, bila perlu difasilitasi
pengembangannya. Sehingga Karawang dimasa datang tidak hanya ekspor
otomotif atau sebagai lumbung padi nasional saja, tapi juga banyak
produk lain terutama hasil pertanian yang menjadi unggulan daerah
Pangkal Perjuangan ini.
Berbagai potensi usaha pengolahan dari
bahan yang selama ini dianggap limbah usaha pertanian dan saat ini
jumlahnya cukup melimpah di Karawang misalnya sekam padi, kotoran temak
dan sebagainya dapat diolah menjadi pupuk organik, atau bahkan sumber
pembangkit energi alternatif. Produk pupuk organik yang semakin banyak
akan dapat menjawab tantangan masa depan dimana harga pupuk buatan yang
selama ini digunakan akan sangat mahal harganya. Selain itu
pembudidayaan temak sapi akan mampu mencukupi kebutuhan daging dan susu
bagi masyarakat, kemudian industri listrik dari bio gas kotoran temak
akan dapat menyediakan suplai energi yang murah bagi kebutuhan
sehari-hari masyarakat ataupun kalangan dunia usaha.
Banyaknya pilihan yang dapat
dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah petani, hendaknya mampu
menghasilkan sistem pengelolaan pertanian yang dapat membentuk siklus
yang berjalan terus-menerus, saling terkait dan dukung-mendukung
sehingga perkembangan pertanian di masa yang akan datang dapat berjalan
berkelanjutan (sustainable).
Perkembangan Ekonomi Kabupaten Karawang
Dari tabel diatas terlihat kinerja
perekonomian Kabupaten Karawang periode lima tahun terakhir menunjukkan
pertumbuhan yang cukup menggembirakan, bahkan dibandingkan rata-rata
pertumbuhan provinsi Jawa Barat tingkat pertumbuhannya hampir selalu
diatas rata-rata.
Potensi minyak bumi dan gas yang selama
ini di ekspolitasi akan cenderung menurun sejalan dengan berkurangnya
cadangan yang terkandung di perut bumi. Bila upaya eksplorasi
sumber-sumber baru tidak memberikan hasil yang positif, maka dalam
jangka waktu tertentu Karawang yang selama ini penghasil minyak bumi dan
gas, ke depan akan seperti daerah lain yang tidak memiliki kandungan
minyak.
Oleh karena itu tumpuan harapan
pergerakan roda perekonomian yang realistis, bukan lagi bersumber pada
keunggulan sumber daya alam yang ada (comparative advantage) melainkan kemampuan untuk mengolah dan menghasilkan produk unggulan yang berkualilas (competitive advantage).
Jika dicermati secara lebih detil, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karawang tahun 2008, semua sektor positif. lni menunjukkan bahwa walaupun terjadi krisis ekonomi global, perekonomian di Kabupaten Karawang dapat diandalkan. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor Jasa-jasa (18,20 persen). Hal ini disebabkan berpindahnya lapangan usaha para tenaga kerja yang terkena pemutusan hubungan kerja dari sekor lndustri. Sedangkan pertumbuhan terendah dialami oleh sektor Pertambangan dan Penggalian yaitu sebesar 2,92 persen. Begitu pula dengan sektor pertanian yang hanya tumbuh sebesar 4,07 persen, padahal Kabupaten Karawang terkenal dengan lumbung padinya Jawa Barat.
Sektor lndustri Pengolahan yang memiliki
kontribusi terbesar pada perekonomian Karawang tumbuh cukup signifikan,
yaitu sebesar 7,32 persen. Sedikit saja sektor ini mengalami perubahan,
baik meningkat ataupun menurun, dampaknya akan sangatterasa bagi
keseluruhan perekonomian di Kabupaten Karawang.
Ke depan sangat diharapkan sektor ini
dan beberapa sektor lainnya yang memiliki kontribusi terbesar pada
perekonomian di Kabupaten Karawang dapat dipertahankan pertumbuhannya
secara konstan.
Kehadiran perusahaan yang mengelola dan
mendistribusikan gas meskipun saat ini masih sebatas pada kalangan
industri tertentu, dihadapkan dengan realitas ketersediaan pasokan
listrik PLN yang saat ini terus menerus dilanda krisis, menjadi hal yang
patut disyukuri dan ditindaklanjuti sehingga di masa yang akan datang
kalangan dunia usaha di Karawang baik besar maupun kecil dapat merasakan
jaminan kelangsungan usahanya karena pasokan energi yang cukup
tersedia.
Struktur Perekonomian Kabupaten Karawang
Struktur perekonomian suatu wilayah dapat menggambarkan sektor-sektor yang menjadi mesin pertumbuhan ekonomi daerah (engine growth).
Di Kabupaten Karawang yang menjadi motor penggerak utama pertumbuhannya
adalah sektor industri pengolahan, hal ini terbukti dari peranan sektor
industri yang mendominasi perekonomian di Kabupaten Karawang dari tahun
ke tahun.
Secara umum gambaran kemajuan ekonomi suatu daerah biasanya dilakukan pengelompokan sektor ekonomi yang terdiri atas:
1. Sektor Primer, yaitu
sektor yang tidak mengolah bahan mentah atau bahan baku melainkan hanya
mendayagunakan sumber-sumber alam seperti tanah dan deposit didalamnya.
Yang termasuk kelompok ini adalah sektor Pertanian serta sektor
Pertambangan Penggalian.
2. Sektor Sekunder, yaitu
sektor yang mengolah bahan mentah atau bahan baku baik berasal dari
sektor Primer menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. Sektor ini
mencakup sektor lndustri Pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air Minum,
dan sektor Bangunan.
3. Sektor tersier, atau
dikenal sebagai sektor Jasa, yaitu yang tidak memproduksi dalam bentuk
fisik melainkan dalam bentuk jasa. Sektor yang tercakup adalah
Perdagangan, Hotel dan Restoran, Angkutan dan Komunikasi, Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta sektor Jasa-jasa.
Distribusi persentase PDRB secara
sehoral menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB
secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor maka semakin
besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan ekonomi. Oleh
karena itu dengan melihat perkembangan suafu sektor dalam kurun wahu
tertentu akan kurang tepat tanpa memperhatrkan peranan sektor tersebut
dalam PDRB secara keseluruhan dengan kurun waktu yang sama.
Persentase ini dapat dianggap sebagai
penimbanghobot, artinya jika peranan suatu sektor besar kemudian terjadi
perubahan meskipun kecil, maka akan berpengaruh signifikan terhadap
tata perekonomian daerah tersebut. Sebaliknya jika peranan suatu sektor
sangat kecil, meskipun terjadi perubahan besar dampak yang diakibatkan
kurang signifikan. Tabel dibawah ini menyajikan distribusi persentase
PDRB Kabupaten Karawang Tahun 2007-2008 atas dasar harga berlaku.
Kontribusi sektor Primer atas dasar harga berlaku pada tahun 2008 mengalami penurunan dari 13,28 persen pada tahun 2007 menjadi 12,93. Sementara sektor sekunder sedikit mengalami peningkatan, yaitu 58,87 persen di tahun 2007, menjadi 59,00 pada tahun 2008. Begitu pula di sektor tersier, mengalami peningkatan yaitu 27,86 persen pada tahun 2007, menjadi 28,07 pada tahun 2008. Kontribusi sektor tersier yang diatas 10 pasen memperlihatkan bahwa Kabupaten Karawang selain sebagai daerah berbasis industri juga telah mulai berkembang menuju ke arah daerah berbasis perdagangan dan jasa.
Bila dilihat berdasarkan sektor, sepeti terlihat pada tabel diatas bahwa tiga sekor penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB tahun 2008 yaitu sekbr lndustri Pengolahan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan sektor Pertanian. Sedang 3 sektor penyumbang terkecil dalam pembenfukan PDRB 2008 adalah sektor Jasa-jasa, sektor Bangunan dan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.
Sektor industri pengolahan selama tima
tahun terakhir terus mengalami peningkatan peranan dari 51,56 persen
pada tahun 2004 menjadi 53,22 persen pada tahun 2005, kemudian ditahun
2008 menjadi sebesar 54,00 persen. Sebaliknya sektor Pertanian
konfibusinya terus mengalamipenurunan, dari 11,20 persen ditahun 2004
menjadi 9,58 persen tahun 2005, kemudian hanya tinggal 8,45 persen di
tahun 2008.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
mengalami sedikit peningkatan perannya yakni dari 17,66 persen pada
tahun 2007 menjadi 17,81 persen pada tahun 2008.
Sektor Pertambangan dan Penggalian
menempali posisi kelima terbesar setelah posisi terbesar keempat
ditempati oleh Angkutan dan Komunikasi, dimana konfibusinya 4,60 persen
tahun 2007 menjadi 4,48 persen tahun 2008.
Inflasi Sektoral
Perubahan lndeks Harga lmplisit PDRB
tahun 2008 terhadap tahun 2007 tercatat sebesar 6,22 persen, yang
berarti telah terjadi perubahan harga atau lebih dikenal dengan infiasi
sebesar itu. Sementara ditahun 2006 terhadap 2005 terjadi inflasi
sebesar 8,22 persen dengan kontribusi minyak dan gas bumi. Jika
diperhitungkan tanpa minyak dan gas bumi maka pada tahun 2007 dan 2008
telah terjadi inflasi total masing-masing sebesar 8,39 persen dan 6,16
persen artinya dengan masuknya minyak dan gas bumi telah terjadi
peningkatan inflasi atau dengan kata lain minyak dan gas bumi justru
menyumbang inflasi yang positif.
Dengan menggunakan penghitungan PDRB
seri baru atas dasar harga konstan 2000 diperoleh indeks harga implisit
yang makin kecil, ini dimungkinkan karena nilai harga konstan yang
digunakan adalah harga yang terjadi pada tahun 2000 (lebih dekat dengan
harga tahun berjalan). Tabel di bawah ini menyajikan secara lengkap
inflasi per sekor di Kabupaten Karawang selama tahun 2007 dan 2008.
PDRB Perkapita
lndikator yang dipakai untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro adalah pendapatan perkapita (percapita income).
Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk disuatu wilayah maka
tingkat kemakmuran di wilayah yang bersangkutan dapat dikatakan
bertambah baik. Oleh karena pendapatan faktor produksi dan transfer yang
mengalir keluar (transfer out) serta pendapatan faktor produksidan transfer yang masuk (transfer in) yang menjadi komponen penghitungan pendapatan regional belum dapat dihitung maka yang disajikan adalah PDRB perkapita.
PDRB perkapita atas dasar harga berlaku
menggambarkan besamya nilai tambah domestik bruto perpenduduk secara
nominal, sedangkan PDRB perkapita atas dasar konstan berguna untuk
mengetahui nitai tambah nyata serta pertumbuhan nyata perkapita. Angka
ini diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun. Tabel dibawah ini menyajikan PDRB Perkapita ADH
Berlakutahun 2004-2008.
PDRB perkapita Kabupaten Karawang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari jumlah penduduk sebesar 2.028.143 jiwa pada tahun 2008, PDRB perkapita ADH berlaku Kabupaten Karawang sebesar Rp.17.619.482,63 mengalami peningkatan sebesar 14,33 persen. Kendati demikian peningkatan PDRB perkapita diatas masih belum menggambarkan secara rill kenaikan daya beli masyarakat Kabupaten Karawang secara umurn, karena PDRB perkapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku masih mengandung faktor inflasi yang berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.
Untuk memantau perkembangan daya beli
masyarakat secara riil dapat digunakan PDRB perkapita yang dihitung dari
PDRB atas dasar harga konstan. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
PDRB atas dasar harga konstan tahun 2008 sebesar Rp.8.654.636,09
mengalami peningkatan sebesar 7,63 persen bila dibandingkan dengan tahun
2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar